Desaku Tercinta,Wonogiri Sukses Berbatu…

Desaku yang ku cinta, pujaan hatiku… Tempat ayah dan bundadan handai taulanku… Tak mudah ku lupakan, tak mudah bercerai… Selalu kurindukan , desaku yang permai. Jakarta, mungkin bagi sebagian besar orang Indonesia – terutama orang daerah, adalah kota impian, kota sejutaharapan. Bagaimana tidak? Segala jenis barang dan jasa yang dibutuhkan , tersedia di Jakarta. Bahkan, masyarakat Asia akan menyebut Jakarta adalah surga belanja, karena hampir semua merk barang dari kualitas rendah hingga kualitas dunia bisa diperoleh di Jakarta. Segala bentuk aktivitas dan pekerjaan dapat ditemui di Jakarta. Tidakheran jika akhirnya penduduk usia produktifdari berbagai daerah berbondong -bondong pergi ke Jakarta, berharap semua mimpinya akan tercapai. Namun tidak seperti yang dibayangka n, kerasnya kehidupan- persaingan bebas, sifat individual is dan materialis menjadi sesuatu yang akan terasa bertentang an dengan kebiasaan. Orang akan berkata bahwa, “Jakarta tempatnya uang, uang mudah diperoleh, namunmudah pula untuk menghabisk annya”. Bahkan dari segi kenyamanan , Jakarta tidak sanggup menjanjika nnya. Bagi orang-oran g yang manja, melempem, dan tidak bertanggun g jawab, Jakarta bukanlahtempat untuk mereka bersaing. Berbeda lagi kondisinya dengan salah satu negara tetangga kita, Singapura. Ketika sempat jalan-jala n ke sana, saya merasakan perbedaann ya dengan Jakarta. Pun dengan mereka yang pernah tinggal di Singapura, pasti akan berpendapa t demikian pula. Bagaimana Negara kecil seperti Singapura, yang tidak memiliki kekayaan alam bisa menjadi Negara yang lebih maju daripada Indonesia? Entah apa yang membuatnya seperti itu. Apakah tata kota dan pemerintah an yang sedemikian rapi, membuatnya jauh berbeda dengan kesemrawut an Jakarta?Atau mungkin budaya dan pola hidup masyarakat nya yang taat hukum, yang bahkan tak mungkin ditemui seorangpun membuang puntung rokok di sembarang tempat. Kebalikan dari kebiasaan masyarakat kita sekarang ini. Ataukah karena Negara Indonesia adalah Negarayang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sehingga masyarakat nya termanjaka n oleh karunia tersebut yang pada akhirnya kita menjadi malas untuk bersegera untuk maju. Entahlah, bisakah kita memikirkan hal tersebut? Dimana posisikita? Terlepas dari itu semua,ingatkah kalian pada liriklagu di atas? Hmmm, desa kita bukanlah desayang bisa dikategori kan dalam kriteria permai. Desa kita adalah desa yang tandus, tugas kita sebagai warganya untuk menggali dan mengembang kan potensi yang dimiliki agar menjadi maju dan berkembang , mampukah kita? Dalam kenyataann ya, karakteris tik masyarakat yang masihkental dengan suasana gotong royong dan sosialis meskipun kadang suka ikut “nimbrung” untuk mengurusi urusan pribadi seseorang, namun diakui, ada kenyamanan tersendiri yang sangat dirindukan -olehku terutama-k etikaku harus berada jauh di luar sana. Oooh, desaku yang ku cinta…
by Siti Kalifah

Postingan Populer